Total Tayangan Halaman

6871

Minggu, 18 November 2012

Galau. Tren atau Penyakit?


“Eh sini nih, buku galau blablabla udah terbit”
“Udah tau. Isinya keren, galau banget tau, kata-katanya bikin ngejleb semua, pas banget"
“Seriusan bagus? Gue mau beli ah blablala”
Begitulah percakapan beberapa orang yang aku temui ketika kemarin berkunjung ke sebuah toko buku. Miris, gimana galau yang sebenarnya sangat mengganggu bisa menjadi tren teman-teman seumuranku akhir-akhir ini. Bahkan kok sekarang terkesan kalo galau-itu-gaul-_- Hey, watcha cool from problems that u can't stop thinkin' bout?-_____-
Menurutku galau dari sudut pandang aku sama orang-orang banyak perbedaan. Sejak SD aku menafsirkan galau itu adalah
Gelisah, perasaan bingung atau tidak menentu ketika sedang menentukan pilihan atau ketika mendapat suatu masalah dan kita mulai down karena belum nemuin solusinya
Sedangkan, from my point of view dan hasil survei kecil-kecilan. Teman-temanku sekarang menafsirkan galau itu
Ketika kamu menyukai seseorang, tapi bertepuk sebelah tangan atau dia tidak mengenalmu dan tidak merespon balik
Ketika kamu menyukai seseorang, tapi Ia berpacaran dengan orang lain
Ketika orang yang kamu suka memberi respon tapi ga kunjung “ditembak” *matidong?-_-
Hmm, sebenarnya sih bisa aja hal-hal tadi disamain sama galau, toh ini memang masa SMP. Wajar kalau mulai ada ketertarikan sama “dia”. Tapi, bukankah segalanya yang berlebihan itu ga baik? Having a crush on someone is a normal thing kok, tapi ketika itu terlalu dipermasalahkan dan menimbulkan galau berkepanjangan aku rasa itu…. Entah, aku bingung ngedescribe-nya-_- Jujur, kadang aku malah jadi galau sendiri mikirin “Kita masih SMP, kenapa hal-hal percintaan menjadi sesuatu yang dipermasalahkan? Kenapa kalian risih banget jadi jomblo? Kenapa pada ngebet banget pengen pacaran? Kenapa ngebet banget pengen ditembak?” Let it flows aja guys, semua akan indah pada waktunya kok:)
Jujur, sometimes aku keseeellllllll banget sama acc twitter yang isinya penggalauan semua. Belum lagi galauan-galauan mereka dijadikan buku. Dan anehnya acc mereka banyak followers dan buku mereka laku. Entah kenapa aku berpendapat semua itu seakan-akan jadi racun buat remaja-remaja, menyita banyak waktu yang seharusnya bisa dialihin ke hal-hal yang lebih penting malah jadi flashback mantan, kepikiran si dia-dia-dia, oh meen please, ngapain ngabisin uang puluhan ribu cuma buat beli buku-buku galau yang sebenarnya ga berguna? Udah ngabisin waktu baca, mungkin setelah itu kalian akan menghabiskan waktu kalian untuk menggalau ria. Dan Shasa juga ngga ngerti kenapa galau-karna-si-dia itu jadi semacam tren, bahkan sampai ada istilah “Gak galau gak gaul.” tapi kalo kelamaan seperti sekarang kok malah keliatan seperti penyakit ya? Anggap aja virusnya itu acc-acc galau, buku-buku galau, trus pergaulan yang ngompor-ngomporin “gak pacaran gak laku” trus pasiennya orang-orang yang mengalami dan dokternya itu “si dia” #skip. Lagipula shasa bingung sama istilah “laku” Kalian kan cuma ada 1 di dunia ini, masa iya mau disamain sama barang dagangan yang pasaran (?)
Shasa ngga muna, aku pernah kok galau karena hal semacam itu. Tapi sekarang semua berubah setelah negara api menyerang (?) #skip sekarang aku mikir-mikir lagi “kok aku dulu bodoh banget ya terlalu mikirin hal semacam itu? Lagipula aku masih SMP, trus apa pentingnya juga kalo orang yang kita suka itu suka balik sama kita? Apa kalo pacaran saat SMP itu ngejamin bakalan longlast? Apa ada jaminan pas SMA kita masih suka sama orang yang sekarang kita suka?” Jadi yaa kalo Shasa sendiri kalo suka sama orang shasa biasa aja, kefikiran sih pernah sekali-sekali, ketemu aja jarang, paling kalo ketemu jingkrak-jingkrak #skip
Shasa ngga ngelarang kalian galau karena si “dia” tapi bukankah lebih baik kalo detik-menit-jam yang kalian habiskan buat galau-karena-si-dia dialihkan buat hal-hal yang lebih bermanfaat? Kita masih remaja, masih anak-anak tepatnya, bukankah banyak orang dewasa yang bilang “masa anak-anak sampai remaja itu masa yang paling menyenangkan” Apa kalian mau masa yang seharusnya menyenangkan diisi sama kegalauan yang bikin menyedihkan?
Maaf buat yang tersinggung atau ga suka sama post ini, Shasa cuma mau share pendapat aku aja ko:) xoxo